Jumat, 16 September 2016

filsafat yunani kuno



Makalah
FILSAFAT YUNANI KUNO
Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah     : Filsafat
Dosen  Pengampu    : Dr. Ulya, M.Ag.



Di susun oleh:

1.                 Ariana Herawati                               1520210208
2.                 Ika Latifu Sholiha                             1520210216
3.                 Siti Khodijah                                     1520210224
4.                 Rikha Zakiya                                    1520210230
5.                 Faqih Mansyur Hidayat                    1520210231
6.                 Rini Ambarwati                                1520210238
7.                 Rafiq Putra Wahyu Ramadhan                   1520210239


PRODI EKONOMI SYARIAH
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2016



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
     Filsafat, secara etimolog berasal dari bahasa Yunani yakni Philo yang bermakna cinta, dan sofia yang berarti kebijaksanaan, jadi fisafat (philo,philos,-sofia,sofos) berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom). Filsafat seringg di posisikan dengan tiga sudut pandang, yakni sebagai landasan hidup, sebagai sebuah pendekatan studi (way of thought), pun sebagai  sebuah ilmu (science). Filsafat dalam artian istilah dapat di definisikan sebagai suatu kajian ilmu yang membahas tentang segala sesuatu dengan menggunakan akal pikiran untuk mendapatkan kebenaran.
     Filsafat Yunani merupakan salah satu periode yang turut andil dalam sejarah berkembangnya filsafat, tokoh tokoh besar lahir pada masanya, yang terbagi dalam beberapa fase, pemikiran-pemikiran yang di miliki oleh masing-masing tokoh juga turut berkembang, ada yang saling sependapat ada pula yang mengalami pertentangan. Pendalaman mengenai filsafat Yunani inilah yang menjadi dasar kami untuk menyusun makalah kami kali ini, menilik agak lebih jauh mengenai filsafat Yunai, bersumber dari beberapa litertur yang kami telah usahkan untuk mendapatkannya.

B.     Rumusan Masalah
     Dari uraian latar belakang tersebut dapat kamii sajikan beberapa rumusan masalah yakni sebagai berikut:
1.      Bagaimana asal mula kemunculan filsafat itu.
2.      Di manakah filsafat itu muncul.
3.      Apa itu filsafat Yunani kuno, bagaimana fase-fase yang di alaminya, siapa saja tokoh-tokoh di dalamnya serta pemikiran dari masing-masing tokoh.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Asal Mula Kemunculan atau Lahirnya Filsafat Yunani Kuno
     Sebelum membicarakan awal mula kemunculan filsafat yunani kuno, baiknya kita membahas sedikit mengenai, filsafat itu sendiri sebelum di sandingkan dengan yunani, skolastik timur maupun barat, moderen dan pos moderen atau kontemporer. Menurut Aristoteles, filsafat di mulai dengan suatu thauma (rasa kagum) yang timbul daria sebuah aporia, yakni kesulitan yang dialami karena adanya percakapan-percakapan yang saling kontrdiksi. Istialh aporia dari bahasa Yunani juga berarti problema, pertanyaan atau “tanpa jalan keluar”. Jadi filsafat itu mulai ketika manusia mengagumi dunia dan berusaha menerangakan berbagi gejala dunia itu.  Apabila kita sungguh-sungguh sadar di dunia ini, tak dapat tiada kita tentu berhadapan dengan berbagai pertanyaan dan persoalan. Hasrat akan mengerti itu menyatakan diri dalam bermacam-macam pertanyaan, yang sungguh-sungguhh tak dapat di jawab dengan sekaligus. Yang dapat bertanya demikian itu hanya manusia saja: hewan tidak bertanya, tidak mempersoalkan yang di alaminya itu. lain halnya dengan manusia: sejak waktu itu mulai menyadari dunia, orang lain dan dirinya sendiri, maka heranlah dan tercengang-cengang artinya ia insyaf bahwa ada  hal-hal yang tak dimengertinya, tetapi ingin dan sanggup ia mengertinya.[1] Jadi dapat di pahami bahwa filsafat muncul karena adanya keheranan
     Sekarang membahas pada topik mengenai filsafat yunani kuno. Orang Yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus di teriam sebagai suatu kebenaran yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya, suatu kebenaran dari akal pikiran (logos) tidak berlaku, yang berlaku hanya kebenaran yang bersumber pada mitos (dongeng-dongeng).
     Setelah pada abad ke-6 SM muncul sejumplah ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka menginginkan pertanyaan rentang misteri alam semesta ini jawabanya dapat di terima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai suatu de mitologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal-akal dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi. Upaua para ahli pikir untuk mengarahkan pada suatu kebebasan berpikir ini menyebabkan banyak orang yang mencoba membuat suatu konsep yang di landasi kekuatan akal pikir secara murni. Maka, timbullah peristiwa ajaib The Greek Miracle, yang nantinya akan dapat dijadikan sebagai landasan peradaban dunia.
     Berikut ini terdapat beberapa faktor yang menjadikan filsafat yunani lahir.
a.       Bangsa yunani yang kaya akan mitos (dongeng), di mana dianggap sebagai awal dari upaya untuk mengetahui atau mengerti, mitos-mitos tersebut kemudian di susun secara sistematis yeng untuk sementara kelihatan rasional sehingga uncil mitos selektif dan rasional, seperti syair karya Hemerous, orpheus dan lain-lain.
b.       Karya sastra Yunani yang dapat di aknggap sebagai pendorong kelahiran filsafat Yunani, karya Homoreus mempunyai kedudukan sangat penting untuk pedoman hidup orang-orang Yunani yang di dalamnya mengandung nilai-nilai edukatif.
c.       Pengaruh ilmu-ilmu yang berasal dari Babylonia (Mesir) di Lembah Sungai Nil. Kemudian berkat kemampuann dan kecakapannya, ilmu-ilmu tersebut di kembangkan sehingga mereka mempelajarinya tidak di dasarkann pada aspektifnya saja, tetapi juga aspek teoritis kreatif.

     Periode yunani kuno ini lazim di sebut periode filsafat alam. Di katakann demikian, karena pada periode ini di tandai dengan munculnya para pemikir ahli pikir alam, di mana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang di amati di sekitarnya. Mereka membuat pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan akal pikir) dan tidak berdasarkan pada mitos.[2]


B.     Tempat kemunculan Filsafat Yunani  Kuno
     Menurut Juhaya S. Pradja (2003:50-58), para filosof Yunani yang pertama tidak lahir di tanah airnya sendiri, melainkan di tanah perantauan di Asia Minor. Dahulu, bangsa Yunani di semenanjung Balkan banyak yang menjadi perantau, karena tanahnya yang tidak subur, dan sepanjang daratan di lalui oleh  bukit barisan, serta banyak teluk menjorok ke daratan, sehingga tidak banyak tanah yang baik untuk tempat tinggal. Mereka yang merantau itu hidup makmur dari perniagaann dan pelayaran. Kemakmuran itu memberikan kelongggaran bagi mereka untuk mengerjakan hal-hal selain penghidupan. Waktu yangterluang dipergunakannya untuk memperkuat kemuliaan hidup dengan seni dan mengembangkan buah pikiran. Jadi, daerah Militos di Asia Minorlah yang menjadi tempat munculnya filsafat filosof-filosof  Yunani yang pertama.


C.    Fase-fase dalam Filsafat Yunani Kuno
     Dalam perkembangan filsafat yunani kuno terdapat beberapa periode yang terjadi, tokoh-tokoh beserta pemikirannya pun turut mewarnai pada setiap periode. Berikut yang dapat kami sajikan.

a.       Fase filsafat yunani pra- Socrates
      Filsafat pada masa ini di sebut sebagai filsafat alam, karena tokoh-tokoh yang mundul pada periode ini menitikberatkan pemikiran mereka dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai gejala-gejala alam berikut adalah tokoh-tokoh pada era filsafat awal (kelahiran) pra-Socrates.
a)      Thales (625-545 SM)
     Nama Thales muncul atas penuturan sejarahwan Herodotus pada abad ke-5 SM. Thales sebagai salah satu dari tujuh orang bijaksana (Seven Wise Men of Greece). Aristoteles memberikan gelar The Father of Philisophy , juga menjadi penasehat teknis ke-12 kota Lonia. Salah satu jasanya yang besar adalah meramal gerhana matahari pada tahun 585 SM. Tahles mengembangkan filsafat alam kosmologis yang mempertanyakan asal mula, sifat dasar dan struktur  komposisi alam semesta.[3]    
b)      Anaximandros (640-546 SM)
     Ia adalah orang pertama yang mengarang suatu traktat dalam kesusastraan Yunanai, dan berjasa dalam bidang astrinomi, geografi. Jadi, diamerrupakan orang pertama yang membuat peta bumi. Ia berhasil memimpin sekelompoak orang yang membuat kota baru di Apollonia, Yunani.
     Pemikirannya, dalam memberikan pendapat tentang arche (asas pertama dalam alam semesta), ia menunjukk pada salah satu unsur yang dapat diamati oleh indra, tetapi ia menunjuk dan memilih pada sesuatu ynag tidak dapat diamati oleh indra, yaitu to aperion,[4]
c)      Pythagoras (572-497 SM)
     Mengenai riwayat hidupnya, ia di lahirka di pulau Samos, Lonia. Tanggal dan tahunnya tidak di ketahui secara pasti.[5] Pemikirannya, subtansi dari semua benda adalah bilangan, dansegala gejala alam merupakan pengungkapan indrawi dari perbandingan-perbandingan matematis. Bilangan merupakan inti sari dari dasar pokok dari sifat-sifat benda (number rule of universe = bilangan memerintah jagat raya). Ia juga mengembangkan pokok-pokok soal matematik yang termasuk teori bilangan.[6]
     Pemikirannya tentang bilangan, ia mengemukakan bahwa setiap bilangan dasar dari 1 sampai 10 mempunyai kekuatan sendiri sendiri. Satu adalah asal mula segala sesuatu, sepuluh adalah bilangan sempurna.[7]
d)     Xenophanes (570-? SM) Hereclitos (535-475 SM)
     Ia lahir di Xolophon, Asia Kecil. Waktu berumur 25 tahun ia mengembara ke Yunani.[8] Pendapatnya yang termua dalam kritik terhadap homeus dan herodotus, ia membantah adanya antropomorfisme Tuhan-Tuhan, yaitu Tuhan digambarkan sebagai (seakan-akan) manusia.[9]
e)      Heraclitos (535-475 SM)
     Ia lahir di Ephesus, sebuah kota perantauan di Asia kecil, dan merupakan kawan dari Pythagoras dan Xenophanes, akan tetapi lebih tua.[10] Pemikiran fillsafatnya yang terkenal dengan filsafat menjadi. Ia mengemukakan bagwa segala sesuatunya (yang ada itu) sedang menjadi dan selalu berubah. Ucapannya yang terkenal: panta rhei kai uden menci, artinya segala sesuatunya mengalir bagaikan arus sungai dan tidak ada satu pun dapat masuk ke sungai yang sama dua kali.[11]
f)       Parmenides (540-475 SM)
     Ia lahir di kota Elea, kota perantauaan Yunani di Italia Selatan. Kebesarannya sama dengan kebesaran Heraclitos. Dialah yang pertama kali menentang tentang hakikat tentang ada (being).[12] Menurut pendapatnya, apa yang di sebut sebagai relatitas adalah bukan gerak dan perubahan.[13]

g)      Zeno (490-430 SM)
     Zeno lahir di Elea, dan murid Parmenides.[14] Menurut Aristoteles, Zenolah yang menemukan dialektika, yaitu suatu argumentasi yang  bertitik tolak dari suatu pengandaian atau hipotesis, dan dari hipotesis tersebut di tarik suatu kesimpulan.[15]
h)      Empedocles (490-435 SM)
     Empedocles, lahir di Akrogos, pulau Sicilia. Ia sangat terpengaruh oleh pemikiran Pythagoras, Parmenides, dan aliran keagamaan rafisme. Ia panadai dalam bidang kedokteran, penyair retorika ddan pemikir. Ia menulis karyanya dalam bentuk puisi, seperti Parmenides. Empedocles sependapat dengan pemikiran Parmenides, bahwa alam semesta di dalamnya tidak ada yang di lahirkan secara  baru, dan tidak ada yang hilang.[16]
i)        Anaxagoras (499-420 SM)
     Ia dilahirkam di  kota Klazomenia, Lonia, kemudian menetap di Athena selama 30 tahun. Anaxagoras adalah ahli pikir yang pertama yang berdomisili di Athena, dimana dii kemudian hari Athena inilah yang menjadi pusat utama perkembangan filsafat Yunani  sampai bad ke-2 SM.[17] Pemikirannya, realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari banyak unsur dan tidak dapat di bagi-bagi yaitu atom. Atom ini sebagai bagian yang terkecil dari materi sehhingga tidak dapat terlihat dan jumlahya tidak terhingga.[18]
j)        Democritos (460-370 SM)
     Ia lahir di kota Bdera di pesisir Thrake di Yunani Utara.[19] Pemikirannya adalah bahwa realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari banyak unsur dan jumlahnya tak terhingga. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian bagiann materi yang sangat kecil sehingga indra kita tidak mampu mengamatinya dan tidak dapat di bagi-bagi.[20]

b.      Fase filsafat yunani zaman keemasan filsafat Yunani
      Filssfat Yunani pada zaman ini di sebut sebagai era kejayaan dari filsafat di Yunani, tokoh-tokoh yang yang mendominasi pada zaman ini adalah tokoh yang kelak menjadi figur-figur filosof besar dunia, yang namanya begitu di kenal dalam pembahasan mengenai kefilsafatan, mereka adalah Socrates, Aristoteles, dan Plato. Pada masa itu terdapat pula pemikiran sofistik yang penganutnya di sebut kaum sofis, yaitu kaum yang pandai berpidato yang tidak lagi menaruh perhatian pada alam, tetapi menjadikan manusia sebagai pusat studinya. Tokohnya adalah Protagoras. Pemahamanya memperlihatkan sifat-sifat relativisme, atau kebenaran bersifat relatif, tidak ada kebenaran yang tetap dan definitif. Benar, baik dan bagus selalu berhubungan dengan manusia, tidak mandiri sebagai kebenaran mutlak.[21]

a)      Socrates (470-399 SM)
     Socrates lahir di Athena pada tahun 470 SM dan meninggal pada tahun 399 SM. Bapaknya adalah tukang pembuat patung. Sedangkan ibunya seorang bidan. Pada permulaanya Socrates mau menuruti jejak bapaknya, menjadi tukang pembuat patung pula, tetapi ia berganti haluan. Dari membentuk batu  jadi patung, ia membentuk watak manusia.[22]
     Adapunn falsafah pemikiran Socrates di antaranya, adalah penyataan adanya kebenaran objektif, yaitu yang tidak bergantung kepada aku dan kita. Dalam membenarkan kebenaran objektif, ia menggunakan metode tertentu yang di kenal dengan metode dialektika. Dialektika bersal dari bahasa Yunani yang berarti bercakap-cakap atau berdialog.[23]
b)      Plato (427-347 SM)
     Plato di lahirkan di Athena pada tahun 427 SM dan meninggal pada tahun 347 SM  dalam usia 80 tahun. Ia berasal dari keluarga aristokrasi yang turun temurun memegang peranan penting dalam politik Athena. Sejak muda, ia bercita-cita menjadi pejabat negara. Akan tetapi, perkembangan polotik pada masanya tidak memberikan kesempatan kepadanya untuk mengikuti jalan hidup yang diinginkannya.[24]
     Menurut pemikiran falsafahnya, dunia lahir adalah dunia pengalaman yang selalu berubah-ubah dan berwarna-warni. Semua itu adalah bayangan dari dunia idea. Sebagai bayangan, hakikatnya hanyalah tiruan dari yang asli, yaitu idea. Oleh karena itu, dunia pengalaman ini berubah-ubah dan bermacam-macam, sebab hanyalah berupa tiruan yang tidak sempurna dari idea yang sifatnya bagi dunia pengalaman. Barang-barang yang ada di dunia ini semua ada contohnya yang ideal di dunia idea.[25] (Ahmad Syadali, 2004: 70)
c)      Aristoteles (384-322 SM)
     Aristoteles lahir di Stageria pada semenanjung Kalkidike di Trasia (Balkan) pada tahun 384 SM dan meninggal di Kalkas pada tahun 322 SM dalam usia 63 tahun. Ayahnya yang bernama Mashoan adalah seorang dokter istana pada raja Macedonia Amyntas II.[26]
     Dalam memperdalam  ilmu-ilmunya Aristoteles banyak berguru pada tokoh-tokoh besar salah satunya ialah Plato. Pemikiran Aristoteles mencakup begitu banyak bidang ilmu di antara karya yang telah di lahirkanya, yang berjumlah 36 buah yang terbaggi dalam empat bagian yakni: logika, fisika, metafisika dan etika. Aristoteles di sebut sebagai bapak logika, dialah peletak dasar logika ilmu, dia orang pertama yang menujukan Sylogismus sebagai bentuk dasar pemikiran bergerak yang mana memiliki tiga unsur yakni: minor, mayor dan konklusi.

c.       Fase filsafat Yunani Hellenisme
     filsafat Yunani yang sampai pada dunia Islam tidaklah seperti yang di tinggalkan oleh orang-orang Yunani sendiri, baik melalui orang Masehi Nestoria dan Jakobites maupun melalui golongan-golongan lainnya. Akan  tetapi, filsafat sampai kepada mereka melalui pemikiran Hellenisme Romawi yang mempunyai ciri kahas dan corak tertentu yang mempengaruhi filsafat itu sendiri. Oleh karena itu, tidak semua pikiran-pikiran filsafat yang sampai pada dunia islam bersal dari Yunani, baik alam teks-teks asli maupun ulasan-ulasanya, melainkan hasil dari dua fase yang berturut-turut, yaitu “fase Hellenisme”, dan “fase Hellenisme Romawi”. Oleh karena itu, dalam pikiran filsafat terdapat dua corak yang berbeda atau dua corak yang bercampur sesuai dengan perbedaan alam pikiran pada dua masa yang membicarakannya.
     Fase Hellenisme ialah fase ketika pemikirann filsafat hanya di miliki oleh orang-orang Yunani, yaitu sejak abad ke-6 atau abad ke-5 sebelum masehi, sampai akhir abad ke-4 sebelum masehi. Adapun fase Hellenisme Romawi (Greko Romawi) ialah fase yang datang sesudah fase hellenisme, dan meliputi semua pemikiran filsafat yang ada pada masa kerajaan Romawi, yang ikut serta membicarakan peninggalan pikiran Yunani antara lain pemikiran Romawi di Barat dan Pemikiran di Timur yang ada di Mesir dan Siria.[27]
     Tokoh-tokoh pada zaman ini membentu aliran aliran: Stoa, Epikorus dan Plotinus. Aliran Stoa dengan pendirinya yakni Zeno, ajaranya berisikan agar manusia jangan sampai di gerakkan oleh kegembiraan atau kesedihan, dan menyerahakn diri kepada sesuatu yang tidak dapat di tolak dan menguasai segala sesuatu tanpa syarat. Epikorus pendiri aliran Epicure, isi ajaranya, bahwa manusia merupakan tujuan utama.
     Plotinus, pokok pikiranya ialah di antara semua wujud ini ada yang tertinggi yang disebutnya “Yang Pertama” atau “Wujud Tertinggi” (the Priory Being, the Prior, the One) dan ada wujud yang terendah, yaitu alam materi, sedangkan di antara keduanya di sebut wujud-wujud lainnya. Menurut Plotinus wujud keseluruhannya ada empat: (1) Yang Pertama (Al-Awal); (2) Akal (Nous); (3) Jiwa alam (An-Nafs Al-Kulliyyah; First Soul, The world Soul); (4) Wujud alam materi (Al-Maddah).[28] (A. Hanafi, 1997: 27-28)










BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
     Dari pembahasn panjang pada bab sebelumnya dapat kami sajikan kesimpulan sebaga berikut:
1.      Filsafat muncul karena di picu oleh keheranan. filsafat Yunani lahir di karenakan beberapa faktor yang mempengaruhinya, di antaranya pergeseran pemikiran dari mitologi (berdasarkan dongeng atau mitos) ke pemikiran Rasional (berdasarkan akal atau logos), dorongan dari karya-karya sastra Yunani, dan pengaruh ilmu penegtahuan dari Babylonia (Mesir) di Lembah Sungai Nil.
2.      Tempat kemunculan filsafat adalah  kota perantauan di Militos, Asia Minor (kecil).
3.      Filsafat Yunani kuno di sebot sebagai filsafat alam (kosmos), fase yang ada di dalamnya meliputi fase pra- Socrates dengan tokoh-tokohnya yakni Thales, Anaximandros, Pythagoras, Xenophanes, Heraclitos, Parmenides, Zeno, Empedocles, Anaxagoras, dan Democritos. Kemudian fase zaman kejayaan, tokoh-tokoh yang muncul seperti socrates, Aristoteles, dan Plato. Lalu zaman Hellenisme, tokoh-tokohnya antaralain Zeno (aliran Stoa), Plotinus dan Epikorus.

B.     Saran
     Saran yang dapat kami sampaikan adalah pembahsan yang telah kami sajiakn tentualah masih terdapat kekuranhan, adapun bisa untu terus di perbaiki pada masa-masa yang selanjutnya sehingga adap menjadi sajian yang makin mengalami kemajuandalam hal kelengkapan informasi.


DAFTAR PUSTAKA

Asmoro, Achmadi, 2010, Filsafat Umum, Jakarta:Rajawali Pers.

Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, 2008, Filsafat Umum dari Mitologi sampai Teofilosofi, Bandung: Pustaka Setia.

Burhanudin, salam, 2005, Pengantar Filsafat, Jakarta: PT Bumi Aksara.



[1] Burhanudin, salam, 2005, Pengantar Filsafat, Jakarta: PT Bumi Aksara, hal. 100-101.
[2] Asmoro, Achmadi, 2010, Filsafat Umum, Jakarta:Rajawali Pers, hal.32-33.
[3] Asmoro, achmadi, Ibid. Hal. 33.
[4] To apeiron= “yang tak terbatas
[5] Asmoro, Achmadi, Ibid, hal. 34.
[6] Asmoro, Achmadi, Ibid, hal. 35.
[7] Asmoro, Achmadi, Ibid, hal. 35.
[8] Asmoro,  Achmadi, Ibid, hal. 37.
[9] Asmoro,  Achmadi, Ibid, hal. 37.
[10] Asmoro, Achmadi, Ibid, hal. 38.
[11] Asmoro, Achmadi, Ibid, hal. 38.
[12] Asmoro, Achmadi, Ibid, hal. 39.
[13] Asmoro, Achmadi, Ibid, hal. 40.
[14] Asmoro, Achmadi, Ibid, hal. 40.
[15] Asmoro, Achmadi, Ibid, hal. 41.
[16] Asmoro, Achmadi, Ibid, hal. 42
[17] Asmoro, Achmadi, Ibid, hal. 43
[18] Asmoro, Achmadi, Ibid, hal. 43
[19] Asmoro, Achmadi, Ibid, hal. 44
[20] Asmoro, Achmadi, Ibid, hal. 45
[21] Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, 2008, Filsafat Umum dari Mitologi sampai Teofilosofi, Bandung: Pustaka Setia, hal. 47.
[22] Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, ibid, hal. 177
[23] Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, ibid, hal. 179.
[24] Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, ibid, hal. 190.
[25] Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, ibid, hal. 193.
[26] Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, ibid, hal. 215.
[27] Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, ibid, hal. 97.
[28] Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, ibid, hal. 105.