Makalah
FILSAFAT YUNANI KUNO
Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Filsafat
Dosen
Pengampu : Dr. Ulya, M.Ag.
Di susun oleh:
1.
Ariana Herawati 1520210208
2.
Ika Latifu
Sholiha 1520210216
3.
Siti Khodijah 1520210224
4.
Rikha Zakiya 1520210230
5.
Faqih Mansyur
Hidayat 1520210231
6.
Rini Ambarwati 1520210238
7.
Rafiq Putra
Wahyu Ramadhan 1520210239
PRODI
EKONOMI SYARIAH
JURUSAN
SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Filsafat, secara etimolog berasal
dari bahasa Yunani yakni Philo yang bermakna cinta, dan sofia
yang berarti kebijaksanaan, jadi fisafat (philo,philos,-sofia,sofos)
berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom). Filsafat seringg di
posisikan dengan tiga sudut pandang, yakni sebagai landasan hidup, sebagai
sebuah pendekatan studi (way of thought), pun sebagai sebuah ilmu (science). Filsafat dalam
artian istilah dapat di definisikan sebagai suatu kajian ilmu yang membahas
tentang segala sesuatu dengan menggunakan akal pikiran untuk mendapatkan
kebenaran.
Filsafat Yunani merupakan salah satu
periode yang turut andil dalam sejarah berkembangnya filsafat, tokoh tokoh
besar lahir pada masanya, yang terbagi dalam beberapa fase, pemikiran-pemikiran
yang di miliki oleh masing-masing tokoh juga turut berkembang, ada yang saling
sependapat ada pula yang mengalami pertentangan. Pendalaman mengenai filsafat
Yunani inilah yang menjadi dasar kami untuk menyusun makalah kami kali ini,
menilik agak lebih jauh mengenai filsafat Yunai, bersumber dari beberapa
litertur yang kami telah usahkan untuk mendapatkannya.
B.
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut
dapat kamii sajikan beberapa rumusan masalah yakni sebagai berikut:
1.
Bagaimana asal mula kemunculan
filsafat itu.
2.
Di manakah filsafat itu muncul.
3.
Apa itu filsafat Yunani kuno,
bagaimana fase-fase yang di alaminya, siapa saja tokoh-tokoh di dalamnya serta
pemikiran dari masing-masing tokoh.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Asal Mula
Kemunculan atau Lahirnya Filsafat Yunani Kuno
Sebelum membicarakan awal mula
kemunculan filsafat yunani kuno, baiknya kita membahas sedikit mengenai,
filsafat itu sendiri sebelum di sandingkan dengan yunani, skolastik timur
maupun barat, moderen dan pos moderen atau kontemporer. Menurut Aristoteles,
filsafat di mulai dengan suatu thauma (rasa kagum) yang timbul daria
sebuah aporia, yakni kesulitan yang dialami karena adanya
percakapan-percakapan yang saling kontrdiksi. Istialh aporia dari bahasa
Yunani juga berarti problema, pertanyaan atau “tanpa jalan keluar”. Jadi
filsafat itu mulai ketika manusia mengagumi dunia dan berusaha menerangakan
berbagi gejala dunia itu. Apabila kita
sungguh-sungguh sadar di dunia ini, tak dapat tiada kita tentu berhadapan
dengan berbagai pertanyaan dan persoalan. Hasrat akan mengerti itu menyatakan
diri dalam bermacam-macam pertanyaan, yang sungguh-sungguhh tak dapat di jawab
dengan sekaligus. Yang dapat bertanya demikian itu hanya manusia saja: hewan
tidak bertanya, tidak mempersoalkan yang di alaminya itu. lain halnya dengan
manusia: sejak waktu itu mulai menyadari dunia, orang lain dan dirinya sendiri,
maka heranlah dan tercengang-cengang artinya ia insyaf bahwa ada hal-hal yang tak dimengertinya, tetapi ingin
dan sanggup ia mengertinya.[1]
Jadi dapat di pahami bahwa filsafat muncul karena adanya keheranan
Sekarang membahas pada topik mengenai
filsafat yunani kuno. Orang Yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai
sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus di teriam sebagai suatu
kebenaran yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya, suatu
kebenaran dari akal pikiran (logos) tidak berlaku, yang berlaku hanya
kebenaran yang bersumber pada mitos (dongeng-dongeng).
Setelah pada abad ke-6 SM muncul sejumplah
ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka menginginkan pertanyaan rentang
misteri alam semesta ini jawabanya dapat di terima akal (rasional). Keadaan
yang demikian ini sebagai suatu de mitologi, artinya suatu kebangkitan
pemikiran untuk menggunakan akal-akal dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya
mitologi. Upaua para ahli pikir untuk mengarahkan pada suatu kebebasan berpikir
ini menyebabkan banyak orang yang mencoba membuat suatu konsep yang di landasi
kekuatan akal pikir secara murni. Maka, timbullah peristiwa ajaib The Greek
Miracle, yang nantinya akan dapat dijadikan sebagai landasan peradaban
dunia.
Berikut ini terdapat beberapa faktor yang
menjadikan filsafat yunani lahir.
a.
Bangsa yunani yang kaya akan mitos
(dongeng), di mana dianggap sebagai awal dari upaya untuk mengetahui atau
mengerti, mitos-mitos tersebut kemudian di susun secara sistematis yeng untuk
sementara kelihatan rasional sehingga uncil mitos selektif dan rasional,
seperti syair karya Hemerous, orpheus dan lain-lain.
b.
Karya sastra Yunani yang dapat di aknggap
sebagai pendorong kelahiran filsafat Yunani, karya Homoreus mempunyai kedudukan
sangat penting untuk pedoman hidup orang-orang Yunani yang di dalamnya
mengandung nilai-nilai edukatif.
c.
Pengaruh ilmu-ilmu yang berasal
dari Babylonia (Mesir) di Lembah Sungai Nil. Kemudian berkat kemampuann dan
kecakapannya, ilmu-ilmu tersebut di kembangkan sehingga mereka mempelajarinya
tidak di dasarkann pada aspektifnya saja, tetapi juga aspek teoritis kreatif.
Periode yunani kuno ini lazim di sebut
periode filsafat alam. Di katakann demikian, karena pada periode ini di tandai
dengan munculnya para pemikir ahli pikir alam, di mana arah dan perhatian
pemikirannya kepada apa yang di amati di sekitarnya. Mereka membuat
pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan
akal pikir) dan tidak berdasarkan pada mitos.[2]
B.
Tempat
kemunculan Filsafat Yunani Kuno
Menurut Juhaya S. Pradja
(2003:50-58), para filosof Yunani yang pertama tidak lahir di tanah airnya
sendiri, melainkan di tanah perantauan di Asia Minor. Dahulu, bangsa Yunani di
semenanjung Balkan banyak yang menjadi perantau, karena tanahnya yang tidak
subur, dan sepanjang daratan di lalui oleh
bukit barisan, serta banyak teluk menjorok ke daratan, sehingga tidak
banyak tanah yang baik untuk tempat tinggal. Mereka yang merantau itu hidup
makmur dari perniagaann dan pelayaran. Kemakmuran itu memberikan kelongggaran
bagi mereka untuk mengerjakan hal-hal selain penghidupan. Waktu yangterluang
dipergunakannya untuk memperkuat kemuliaan hidup dengan seni dan mengembangkan
buah pikiran. Jadi, daerah Militos di Asia Minorlah yang menjadi tempat
munculnya filsafat filosof-filosof
Yunani yang pertama.
C.
Fase-fase
dalam Filsafat Yunani Kuno
Dalam perkembangan filsafat yunani
kuno terdapat beberapa periode yang terjadi, tokoh-tokoh beserta pemikirannya
pun turut mewarnai pada setiap periode. Berikut yang dapat kami sajikan.
a.
Fase filsafat yunani pra- Socrates
Filsafat pada masa ini di sebut
sebagai filsafat alam, karena tokoh-tokoh yang mundul pada periode ini
menitikberatkan pemikiran mereka dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai gejala-gejala
alam berikut adalah tokoh-tokoh pada era filsafat awal (kelahiran)
pra-Socrates.
a)
Thales (625-545 SM)
Nama Thales muncul atas penuturan sejarahwan Herodotus pada abad ke-5
SM. Thales sebagai salah satu dari tujuh orang bijaksana (Seven Wise Men of
Greece). Aristoteles memberikan gelar The Father of Philisophy ,
juga menjadi penasehat teknis ke-12 kota Lonia. Salah satu jasanya yang besar
adalah meramal gerhana matahari pada tahun 585 SM. Tahles mengembangkan
filsafat alam kosmologis yang mempertanyakan asal mula, sifat dasar dan
struktur komposisi alam semesta.[3]
b)
Anaximandros (640-546 SM)
Ia adalah orang pertama yang mengarang suatu traktat dalam kesusastraan
Yunanai, dan berjasa dalam bidang astrinomi, geografi. Jadi, diamerrupakan
orang pertama yang membuat peta bumi. Ia berhasil memimpin sekelompoak orang
yang membuat kota baru di Apollonia, Yunani.
Pemikirannya, dalam memberikan pendapat tentang arche (asas
pertama dalam alam semesta), ia menunjukk pada salah satu unsur yang dapat
diamati oleh indra, tetapi ia menunjuk dan memilih pada sesuatu ynag tidak
dapat diamati oleh indra, yaitu to aperion,[4]
c)
Pythagoras (572-497 SM)
Mengenai riwayat hidupnya, ia di lahirka di pulau Samos, Lonia. Tanggal
dan tahunnya tidak di ketahui secara pasti.[5]
Pemikirannya, subtansi dari semua benda adalah bilangan, dansegala gejala alam
merupakan pengungkapan indrawi dari perbandingan-perbandingan matematis.
Bilangan merupakan inti sari dari dasar pokok dari sifat-sifat benda (number
rule of universe = bilangan memerintah jagat raya). Ia juga mengembangkan
pokok-pokok soal matematik yang termasuk teori bilangan.[6]
Pemikirannya tentang bilangan, ia mengemukakan bahwa setiap bilangan
dasar dari 1 sampai 10 mempunyai kekuatan sendiri sendiri. Satu adalah asal
mula segala sesuatu, sepuluh adalah bilangan sempurna.[7]
d)
Xenophanes (570-? SM) Hereclitos
(535-475 SM)
Ia lahir di Xolophon, Asia Kecil. Waktu berumur 25 tahun ia mengembara
ke Yunani.[8]
Pendapatnya yang termua dalam kritik terhadap homeus dan herodotus, ia
membantah adanya antropomorfisme Tuhan-Tuhan, yaitu Tuhan digambarkan sebagai
(seakan-akan) manusia.[9]
e)
Heraclitos (535-475 SM)
Ia lahir di Ephesus, sebuah kota perantauan di Asia kecil, dan merupakan
kawan dari Pythagoras dan Xenophanes, akan tetapi lebih tua.[10]
Pemikiran fillsafatnya yang terkenal dengan filsafat menjadi. Ia mengemukakan
bagwa segala sesuatunya (yang ada itu) sedang menjadi dan selalu berubah.
Ucapannya yang terkenal: panta rhei kai uden menci, artinya segala
sesuatunya mengalir bagaikan arus sungai dan tidak ada satu pun dapat masuk ke
sungai yang sama dua kali.[11]
f)
Parmenides (540-475 SM)
Ia lahir di kota Elea, kota perantauaan Yunani di Italia Selatan.
Kebesarannya sama dengan kebesaran Heraclitos. Dialah yang pertama kali
menentang tentang hakikat tentang ada (being).[12]
Menurut pendapatnya, apa yang di sebut sebagai relatitas adalah bukan gerak dan
perubahan.[13]
g)
Zeno (490-430 SM)
Zeno lahir di Elea, dan murid Parmenides.[14]
Menurut Aristoteles, Zenolah yang menemukan dialektika, yaitu suatu argumentasi
yang bertitik tolak dari suatu
pengandaian atau hipotesis, dan dari hipotesis tersebut di tarik suatu
kesimpulan.[15]
h)
Empedocles (490-435 SM)
Empedocles, lahir di Akrogos, pulau Sicilia. Ia sangat terpengaruh oleh
pemikiran Pythagoras, Parmenides, dan aliran keagamaan rafisme. Ia panadai
dalam bidang kedokteran, penyair retorika ddan pemikir. Ia menulis karyanya
dalam bentuk puisi, seperti Parmenides. Empedocles sependapat dengan pemikiran
Parmenides, bahwa alam semesta di dalamnya tidak ada yang di lahirkan
secara baru, dan tidak ada yang hilang.[16]
i)
Anaxagoras (499-420 SM)
Ia dilahirkam di kota Klazomenia,
Lonia, kemudian menetap di Athena selama 30 tahun. Anaxagoras adalah ahli pikir
yang pertama yang berdomisili di Athena, dimana dii kemudian hari Athena inilah
yang menjadi pusat utama perkembangan filsafat Yunani sampai bad ke-2 SM.[17]
Pemikirannya, realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari banyak unsur dan
tidak dapat di bagi-bagi yaitu atom. Atom ini sebagai bagian yang terkecil dari
materi sehhingga tidak dapat terlihat dan jumlahya tidak terhingga.[18]
j)
Democritos (460-370 SM)
Ia lahir di kota Bdera di pesisir Thrake di Yunani Utara.[19]
Pemikirannya adalah bahwa realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari banyak
unsur dan jumlahnya tak terhingga. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian
bagiann materi yang sangat kecil sehingga indra kita tidak mampu mengamatinya
dan tidak dapat di bagi-bagi.[20]
b.
Fase filsafat yunani zaman keemasan
filsafat Yunani
Filssfat Yunani pada zaman ini di sebut
sebagai era kejayaan dari filsafat di Yunani, tokoh-tokoh yang yang mendominasi
pada zaman ini adalah tokoh yang kelak menjadi figur-figur filosof besar dunia,
yang namanya begitu di kenal dalam pembahasan mengenai kefilsafatan, mereka
adalah Socrates, Aristoteles, dan Plato. Pada masa itu terdapat pula pemikiran
sofistik yang penganutnya di sebut kaum sofis, yaitu kaum yang pandai
berpidato yang tidak lagi menaruh perhatian pada alam, tetapi menjadikan
manusia sebagai pusat studinya. Tokohnya adalah Protagoras. Pemahamanya
memperlihatkan sifat-sifat relativisme, atau kebenaran bersifat relatif, tidak
ada kebenaran yang tetap dan definitif. Benar, baik dan bagus selalu
berhubungan dengan manusia, tidak mandiri sebagai kebenaran mutlak.[21]
a)
Socrates (470-399 SM)
Socrates lahir di Athena pada tahun 470 SM dan meninggal pada tahun 399
SM. Bapaknya adalah tukang pembuat patung. Sedangkan ibunya seorang bidan. Pada
permulaanya Socrates mau menuruti jejak bapaknya, menjadi tukang pembuat patung
pula, tetapi ia berganti haluan. Dari membentuk batu jadi patung, ia membentuk watak manusia.[22]
Adapunn falsafah pemikiran Socrates di antaranya, adalah penyataan
adanya kebenaran objektif, yaitu yang tidak bergantung kepada aku dan kita.
Dalam membenarkan kebenaran objektif, ia menggunakan metode tertentu yang di
kenal dengan metode dialektika. Dialektika bersal dari bahasa Yunani yang
berarti bercakap-cakap atau berdialog.[23]
b)
Plato (427-347 SM)
Plato di lahirkan di Athena pada tahun 427 SM dan meninggal pada tahun
347 SM dalam usia 80 tahun. Ia berasal
dari keluarga aristokrasi yang turun temurun memegang peranan penting dalam
politik Athena. Sejak muda, ia bercita-cita menjadi pejabat negara. Akan
tetapi, perkembangan polotik pada masanya tidak memberikan kesempatan kepadanya
untuk mengikuti jalan hidup yang diinginkannya.[24]
Menurut pemikiran falsafahnya, dunia lahir adalah dunia pengalaman yang
selalu berubah-ubah dan berwarna-warni. Semua itu adalah bayangan dari dunia
idea. Sebagai bayangan, hakikatnya hanyalah tiruan dari yang asli, yaitu idea.
Oleh karena itu, dunia pengalaman ini berubah-ubah dan bermacam-macam, sebab
hanyalah berupa tiruan yang tidak sempurna dari idea yang sifatnya bagi dunia
pengalaman. Barang-barang yang ada di dunia ini semua ada contohnya yang ideal
di dunia idea.[25]
(Ahmad Syadali, 2004: 70)
c)
Aristoteles (384-322 SM)
Aristoteles lahir di Stageria pada semenanjung Kalkidike di Trasia
(Balkan) pada tahun 384 SM dan meninggal di Kalkas pada tahun 322 SM dalam usia
63 tahun. Ayahnya yang bernama Mashoan adalah seorang dokter istana pada raja
Macedonia Amyntas II.[26]
Dalam memperdalam ilmu-ilmunya
Aristoteles banyak berguru pada tokoh-tokoh besar salah satunya ialah Plato.
Pemikiran Aristoteles mencakup begitu banyak bidang ilmu di antara karya yang
telah di lahirkanya, yang berjumlah 36 buah yang terbaggi dalam empat bagian
yakni: logika, fisika, metafisika dan etika. Aristoteles di sebut sebagai bapak
logika, dialah peletak dasar logika ilmu, dia orang pertama yang menujukan Sylogismus
sebagai bentuk dasar pemikiran bergerak yang mana memiliki tiga unsur
yakni: minor, mayor dan konklusi.
c.
Fase filsafat Yunani
Hellenisme
filsafat Yunani yang sampai pada dunia Islam tidaklah seperti yang di
tinggalkan oleh orang-orang Yunani sendiri, baik melalui orang Masehi Nestoria
dan Jakobites maupun melalui golongan-golongan lainnya. Akan tetapi, filsafat sampai kepada mereka melalui
pemikiran Hellenisme Romawi yang mempunyai ciri kahas dan corak tertentu yang
mempengaruhi filsafat itu sendiri. Oleh karena itu, tidak semua pikiran-pikiran
filsafat yang sampai pada dunia islam bersal dari Yunani, baik alam teks-teks
asli maupun ulasan-ulasanya, melainkan hasil dari dua fase yang berturut-turut,
yaitu “fase Hellenisme”, dan “fase Hellenisme Romawi”. Oleh karena itu, dalam
pikiran filsafat terdapat dua corak yang berbeda atau dua corak yang bercampur
sesuai dengan perbedaan alam pikiran pada dua masa yang membicarakannya.
Fase Hellenisme ialah fase ketika pemikirann filsafat hanya di
miliki oleh orang-orang Yunani, yaitu sejak abad ke-6 atau abad ke-5 sebelum
masehi, sampai akhir abad ke-4 sebelum masehi. Adapun fase Hellenisme Romawi
(Greko Romawi) ialah fase yang datang sesudah fase hellenisme, dan meliputi
semua pemikiran filsafat yang ada pada masa kerajaan Romawi, yang ikut serta
membicarakan peninggalan pikiran Yunani antara lain pemikiran Romawi di Barat
dan Pemikiran di Timur yang ada di Mesir dan Siria.[27]
Tokoh-tokoh pada zaman ini membentu aliran aliran: Stoa, Epikorus dan
Plotinus. Aliran Stoa dengan pendirinya yakni Zeno, ajaranya berisikan agar
manusia jangan sampai di gerakkan oleh kegembiraan atau kesedihan, dan
menyerahakn diri kepada sesuatu yang tidak dapat di tolak dan menguasai segala
sesuatu tanpa syarat. Epikorus pendiri aliran Epicure, isi ajaranya, bahwa
manusia merupakan tujuan utama.
Plotinus, pokok pikiranya ialah di antara semua wujud ini ada yang
tertinggi yang disebutnya “Yang Pertama” atau “Wujud Tertinggi” (the Priory
Being, the Prior, the One) dan ada wujud yang terendah, yaitu alam materi,
sedangkan di antara keduanya di sebut wujud-wujud lainnya. Menurut Plotinus
wujud keseluruhannya ada empat: (1) Yang Pertama (Al-Awal); (2)
Akal (Nous); (3) Jiwa alam (An-Nafs Al-Kulliyyah; First
Soul, The world Soul); (4) Wujud alam materi (Al-Maddah).[28]
(A. Hanafi, 1997: 27-28)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasn panjang pada bab sebelumnya
dapat kami sajikan kesimpulan sebaga berikut:
1.
Filsafat muncul karena di picu oleh
keheranan. filsafat Yunani lahir di karenakan beberapa faktor yang
mempengaruhinya, di antaranya pergeseran pemikiran dari mitologi (berdasarkan
dongeng atau mitos) ke pemikiran Rasional (berdasarkan akal atau logos),
dorongan dari karya-karya sastra Yunani, dan pengaruh ilmu penegtahuan dari
Babylonia (Mesir) di Lembah Sungai Nil.
2.
Tempat kemunculan filsafat adalah kota perantauan di Militos, Asia Minor
(kecil).
3.
Filsafat Yunani kuno di sebot
sebagai filsafat alam (kosmos), fase yang ada di dalamnya meliputi fase pra- Socrates
dengan tokoh-tokohnya yakni Thales, Anaximandros, Pythagoras, Xenophanes,
Heraclitos, Parmenides, Zeno, Empedocles, Anaxagoras, dan Democritos. Kemudian
fase zaman kejayaan, tokoh-tokoh yang muncul seperti socrates, Aristoteles, dan
Plato. Lalu zaman Hellenisme, tokoh-tokohnya antaralain Zeno (aliran Stoa),
Plotinus dan Epikorus.
B.
Saran
Saran yang dapat
kami sampaikan adalah pembahsan yang telah kami sajiakn tentualah masih
terdapat kekuranhan, adapun bisa untu terus di perbaiki pada masa-masa yang
selanjutnya sehingga adap menjadi sajian yang makin mengalami kemajuandalam hal
kelengkapan informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Asmoro,
Achmadi, 2010, Filsafat Umum, Jakarta:Rajawali Pers.
Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad
Saebani, 2008, Filsafat Umum dari Mitologi sampai Teofilosofi, Bandung:
Pustaka Setia.
Burhanudin, salam, 2005, Pengantar
Filsafat, Jakarta: PT Bumi Aksara.
[1] Burhanudin, salam, 2005, Pengantar
Filsafat, Jakarta: PT Bumi Aksara, hal. 100-101.
[2] Asmoro, Achmadi, 2010, Filsafat Umum, Jakarta:Rajawali
Pers, hal.32-33.
[3]
Asmoro, achmadi, Ibid. Hal. 33.
[5]
Asmoro, Achmadi, Ibid, hal.
34.
[6] Asmoro, Achmadi, Ibid, hal. 35.
[7] Asmoro, Achmadi, Ibid, hal. 35.
[8]
Asmoro, Achmadi, Ibid, hal. 37.
[9]
Asmoro, Achmadi, Ibid, hal. 37.
[10] Asmoro, Achmadi, Ibid, hal. 38.
[11] Asmoro, Achmadi, Ibid, hal. 38.
[12] Asmoro, Achmadi, Ibid, hal. 39.
[13] Asmoro, Achmadi, Ibid, hal. 40.
[14] Asmoro, Achmadi, Ibid, hal. 40.
[15] Asmoro, Achmadi, Ibid, hal. 41.
[16] Asmoro, Achmadi, Ibid, hal. 42
[17] Asmoro, Achmadi, Ibid, hal. 43
[18] Asmoro, Achmadi, Ibid, hal. 43
[19] Asmoro, Achmadi, Ibid, hal. 44
[20] Asmoro, Achmadi, Ibid, hal. 45
[21]
Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, 2008, Filsafat
Umum dari Mitologi sampai Teofilosofi, Bandung: Pustaka Setia, hal. 47.
[22]
Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, ibid,
hal. 177
[23]
Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, ibid,
hal. 179.
[24]
Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, ibid,
hal. 190.
[25]
Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, ibid,
hal. 193.
[26]
Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, ibid,
hal. 215.
[27]
Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, ibid,
hal. 97.
[28]
Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, ibid,
hal. 105.