AKUNTANSI
PENDAPATAN DAN BIAYA BANK
Disusun
Guna Memenuhi Tugas makalah Akuntansi Perbankan
Dosen
Pengampu : Farida Rohmah, S. Pd., M. Sc.
Kelompok
11 :
1. Faqih
Mansyur Hidayat (1520210231)
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN
SYARIAH/EKONOMI SYARIAH
TAHUN
AKADEMIK 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Menurut UU RI
No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, perbankan adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang bank yang mana mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara
dan proses dalam melaksanakan usahanya. Sedangkan bank adalah suatu badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Pengakuan
pendapatan dan biaya merupakan suatu hal yang penting untuk menentukan kapan
suatu penghasilan diakui sebagai pendapatan dan biaya diakui sebagai beban.
Analisis akuntansi pendapatan dan biaya merupakan suatu analisis yang dilakukan
terhadap pengakuan, pengukuran, dan penyajian pendapatan dan beban ini sangat
penting artinya untuk mendapatkan laba rugi yang wajar. Dalam dunia perbankan
resiko kegagalan biasanya disebabkan oleh kegagalan dalam menangani portofolio
kredit ataupun kesalahan manajemen perusahaan yang berakibat pada kesulitan
keuangan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan pendapatan dan jenis-jenis pendapatan bank?
2. Apa
yang dimaksud dengan biaya dan jenis-jenis biaya bank?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pendapatan
Bank
Menurut Ikatan
Akuntansi Indonesia (1999:233) dalam buku Standart Akuntansi menyebutkan bahwa
pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal perusahaan selama satu periode, bila arus masuk itu
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman
modal.
Pendapatan bank
lazimnya dicatat berdasarkan metode accrual,
di mana akan dibukukan sebagai pendapatan pada saat jauh waktu bukannya
pada saat uang diterima.
Pendapatan dalam
bank terdiri dari beberapa komponen seperti pendapatan bunga, pendapatan
provisi kredit, pendapatan komisi, dan pendaptan lainnya sebagai akibat dari transaksi bank baik yang merupakan
kegiatan utama ataupun bukan.
Terkait dengan
pengakuan pendapatan, PSAK No.31 mengatur mengenai pengakuan pendapatan bank.
Dasar yang digunakan dalam pengakuan pendapatan bank merupakan hal yang
fundamental dalam hubungannya dengan pengukuran tingkat rentabilitas (atau
keuntungan) suatu bank.
Kegiatan utama
bank adalah memupuk dana yang pada umumnya adalah berbungan dan menanamkannya
dalam aktiva produktif. Seperti pada industri lainnya, selalu terdapat
kemungkinan perbedaan waktu antara perolehan pendapatan dan terjadinya beban
atas penggunaan sumber daya untuk menghasilkan pendapatan tersebut. Oleh karena
itu, pengkaitan (matcing) antara pendapatan dan beban bank tidak mudah
dilakukan, sehingga dalam pengakuan pendapatan perlu diperhatikan sifat dari
keunikan usaha bank tersebut.
Pendapatan bunga
diakui secara akurat (accrual basis) kecuali
pendapatan bunga dari aktiva produktif non-perfoming.
Pendapatan dari aktiva yang non-perfoming
hanya diakui apabila pendapatan tersebut benar-benar diterima (cash basis).[1]
1.
Jenis-jenis
Pendapatan Bank
Pendapatan bank
dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu:
a)
Pendapatan
Operasional
1) Pendapatan
Bunga Debitur
Pendapatan bunga
dari aktiva non-perfoming, tidak
diakui sebagai pendapatan periode berjalan sejak aktiva tersebut dinyatakan
non-perfoming. Dengan demikian, bank tidak perlu melakukan penyesuaian terhadap
pendapatan bunga yang telah diakui sebelum aktiva produktif tersebut dinyatakan
non-perfoming. Bunga dari aktiva non-perfoming yang tidak diauki sebagai
pendapatan akan dicatat dalam rekening administrative karena merupakan
peristiwa kontinjensi.
Hal yang perlu
diperhatikan dalam hal terjadi pelunasan yang berkaitan dengan aktiva produktif
non-perfoming, pelunasan tungakan bunga tersebut terlebih dahulu diperlakukan
sebagai pelunasan tunggakan pokoknya
Sebagai contoh,
apabila pendapatan bunga debitur perfoming selama bulan juli dihitung sebesar
Rp. 100 juta, sedangkam debitur non-perfoming sebesar Rp. 23 juta akan
dibukukakn dengan ayat jurnal sebagai berikut.
Accrual
Basis
D : pendapatan
debitur YMH diterima....... Rp. 100.000.000
K : pendapatan
Bunga debitur................... Rp. 100.000.000
Pada saat menerima
hasil bunga akan dibukukan dengann ayat jurnal sebagai berikut.
D :
Kas.................................................. Rp. 100.000.000
K : Bunga
debitur YMH diterima............. Rp. 100.000.000
Cash
Basis
D : Rek.
Administratif Rupiah-
Tunggakan
bunga............................... Rp.
23.000.000
Pada saat
menerima hasil bunga akan dibukukan dengan ayat jurnal berikut ini.
D :
Kas...................................................... Rp. 23.000.000
K : pendapatan
bunga debitur....................... Rp. 23.000.000
2) Komisi
dan Provisi
Provisi kredit
merupakan sumber pendapatn bank yang akan diterima dan diakui sebagai
pendapatan pada saat kredit disetujui oleh bank. Biasanya provisi kredit
langsung dibayarkan oleh nasabah yang bersangkutan.
Komisi merupakan
pendapatan bank yang sedang digiatkan belakangan ini. Komisi ini merupakan
beban yang diperhitungkan kepada nasabah bank yang mempergunakan jasa bank.
Komisi juga lazimnya dibukukan langsung sebagai pendapatan pada saat bank
menjual jasa kepada para nasabahnya.
SKAPI mengatur
mengenai pengakuan pendapatan komisi dan provisi. Komisi dan provisi yang
berkaitan langsung dengan kegiatan perkreditan diperlakukan sebagai pendapatan
atau beban yang ditangguhkan dan diamortisasikan secara sistematis selama
jangka waktu komitmen kredit. Apabila komitmen tersebut diselesaikan sebelum
jangka waktu maka sisa komisi dan provisi diakui sebagai pendapatan atau beban
pada saat penyelesaian komitmen tersebut.
Komisi dan
provisi yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan perkreditan namun terkait
dengan jangka waktu diperlakukan sebagai pendapatan atau beban yang
ditangguhkan dan diamortisasi secra sistematis selama jangka waktunya.
Pendapatan atau beban komisi tersebut disajikan sebagai bagian dari pendapatan
dan beban operasional lainnya dalam tubuh laporan laba-rugi.
Komisi dan
provisi yang tidak berkaitan dengan kegiatan perkreditan dan jangka waktu
diakui sebagai pendapatan atau beban pada saat terjadinya transaksi. Pendapatan
atau beban komisi ini disajikan sebagai pendapatan dan beban operasional
lainnya dalam tubuh laporan laba-rugi.[2]
Sebagai contoh
Bank Omega menyetujui kredit untuk PT. CVD sebesar Rp. 200 juta selama jangka
waktu 5 tahun. Provisi kredit ditetapkan sebesar 0,6 % dari pagu kredit. Ayat
jurnalnya yaitu:
D : Kas
........................................................ Rp. 1.200.000
K : provisi
kredit diterima dimuka................... Rp. 1.200.000
Transaksi ini
berkaitan dengan kegiatan perkreditan dan
terikat dengan jangka waktu. Oleh karena itu perlu dialokasikan setiap
bulan selama lima tahun mendatang. Provisi kredit ini akan dialokasikan menjadi
pendapatan dan akan disajikan dalam laporan laba-rugi. Alokasi pada bulan
pertama dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Alokasi bulan
pertama = 1/60 X Rp. 1.200.000 = Rp. 20.000
Ayat jurnalnya
berikut :
D : provisi
kredit diterima dimuka ................... Rp. 20.000
K : pendapatan
provisi kredit........................... Rp. 20.000
3) Pendapatan
Atas Transaksi Valuta Asing
Pendapatan yang timbul dari transaksi valuta asing
lazimnya berasal dari selisih kurs.
Selisih kurs akan dimasukkan kedalam pos pendapatan dalam laporan laba rugi.
Dan diakui sebagai pendapatan atau biaya pada periode berjalan.
Seringkali suatu bank memiliki aktiva atau kewajiban
dalam valuta asing dalm jumlah yang besar berupaya untuk menghindari adanya
kerugian akibat sellih kurs. Upaya ini biasanya disebut sebagai Hedging. Contoh hedging diantaranya: forward dan swap.
Forward adalah
pembelian atau penjualan valuta asing secara berjangka. Hutang dan piutang
valuta asing dicatat sebesar kurs tunai yang berlaku pada saat itu (spot rate), sedangkan hutang atau
piutang rupiah dicatat sebesar kurs masa depan (forward rate), yaitu kurs pertukaran mata uang asing dihari
kemudian yang ditentukan berdasarkan perjanjian. Akibat perbedaan kurs yang
berbeda dapat menimbulkan selisih kurs
baik diskonto maupun premium yang harus diamortisasi secara proporsional
sesuai dengan jangka waktu transasksi valuta berjangka.Laba atau rugi kurs yang
timbul sebagai akibat perbedaan kurs
tunai tanggal neraca dan kurs tunai
pada saat terjadinya transaksi valuta harus diakui pada periode ybs.
Sehingga akan terjadi dua macam laba atau rugi akibat transaksi berjangka dalam
valuta asing ini, yaitu diskonto dan pengakuan laba-rugi karena perbedaan
neraca dan transaksi berjangka tersebut.
Swap
adalah gadai valuta asing. Terdiri dari transaksi swap suku bunga dalam rangka pendanaan (selisih
kurs disajikan sbg penambah atau pengurang beban dana dan diamortisasikan
secara proporsional selama jangka waktu kontrak) dan transaksi swap suku bunga
dalam rangka trading (selisih kurs diakui sbg laba atau rugi pada akhir masa
kontrak).
4) Pendapatan
Operasional Lainnya
Selain
pendapatan operasional, juga terdapat pendatan non-operasional yaitu pendapatan
yang timbul bukan dari kegiatan utama bisnis bank. Contohnya yaitu penerimaan
deviden dari anak perusahaan atau penyertaan saham, laba rugi penjualan surat
berharga pasar modal, dan lainnya.
Contoh
pendapatan lain yang timbul dari penjualan surat berharga. Apabila Bank Omega
memiliki 100 lembar saham PT. BBC sebesar Rp. 100.000 per lembar dan telah
dibeli sebesar Rp. 9.800.000 untuk seluruh saham tersebut. Kemudian saham
tersebut dijual Rp. 98.500 per lembar secara tunai. Perhitungan keuntungan dari
penjualan saham dan ayat jurnal untuk membukukan transaksi tersebut :
Harga perolehan
saham......................... Rp.
9.800.000
Harga jual:
Rp. 98.500 X
100...................... Rp.
9.850.000
Keuntungan
........................................
Rp. 50.000
Keuntungan
sebesar Rp. 50.000 harus disajikan dalam pendapatan operasional lainnya dalam
tubuh laba-rugi bank
D : Kas...............................................Rp. 9.800.000
K : keuntungan
dari penjualan
Surat
berharga............................... Rp.
50.000
K : Surat
berharga.............................. Rp.
9.850.000
5) Pendapatan
Non-Operasional
Yang termasuk
dalam kelompok pendapatn non-operasional adalah rupa-rupa pendapatan yang
berasal dari aktivitas luar bank. Contohnya adalah pendapattan dari penjualan
aktiva tetap, penyewaan fasilitas gedung yang dimiliki bank, dan lainnya.
Pendapatan ini harus diakui sebagai pendapatn pada periode berjalan.
Sebagai contoh,
Bank Omega memilik sebuah mobil dengan harga perolehan sebesar Rp. 35 juta dan
telah disusutkan sebesar Rp. 30 juta dijual tunai seharga Rp. 7 juta. Perhitungan keuntungan ini akan
dibukukan dengan ayat jurnal berikut :
D :
Kas.................................................... Rp. 7.000.000
D : akumulasi
penyusutan kendaraan........... Rp.
30.000.000
K :
Kendaraan.......................................... Rp.
35.000.000
K : keuntungan
dari penjualan aktiva
Tetap................................................... Rp. 2.000.000
6) Pendapatan
Luar Biasa
Disamping
pendapatan operasional rutin dan non-operasional, bank kadangkala dihadapkan
dengan sualu keuntungan yang diterima secara tiba-tiba atau tidak pemah
diramalkan semula. Keuntungan ini merupakan suatu windfall profit, dan harus digolongkan sebagai keuntungan atau
pendapatan luar biasa.
Pendapatan luar
biasa harus dipisahkan dari hasil usaha sehari-hari danditunjukkan secara
terpisah dalam perhitungan laba-rugi disertai pengungkapan mengenai sifat dan
jumlahnya. Dengan demikian pedu batasan atau definisi mengenai pos atau
transaksi apa saja yang dapat digolongkanyang sifatnya luar biasa.
Yang dimaksud
dengan pos luar biasa adalah pos yang memenuhi kedua kriteria sebagai berikut :
a. Sersifat
tidak normal (tidak biasa) Kejadian atau transaksi yang bersangkutan memilih
tingkat abnormalitas yang linggi dan tidak berhubungan dengan aklifitas
perusahaan seharihari.
b. Tidak
Sering Terjadi.Kejadian atau transaksi yang bersangkutan tidak dihubungkan akan
terulang lagi di masa yang akan datang.
Jadi, yang dalam
menerapkan kedua kritena tersebut, harus dipertimbangkan faktor lingkungan
dari perusahaan dan frekuensi kejadian atau transaksi, seperti karakleristik
industri dan perusahaan yang bersangkutan, faktor geografis perusahaan, dan
faktor lainnya seperti politis dan lain sebagainya. Pengakuan pendapatan yang
sifatnya luar biasa ini akan mengacu kepada Prinsip Akuntansi Indonesia.
Kejadian yang
selalu menjadi pertimbangan bank adalah perubahan kursvaluta asing terhadap
mata uang Rupiah. Kenaikan atau penurunan selisih kurs valuta asing tidak dapat
dijadikan sebagai keuntungan atau kerugian luar biasa bagi bank di Indonesia
karena faham yang diterapkan dalam kurs valuta asing adalah ngambang terkendali
(floating rate).
Akan telapi, apabila terjadi selisih kurs yang
naiksecara tiba-tiba, atau naik dengan jumlah yang cukup besar seperti adanya
devaluasi Rupiah terhadap valuta asing, maka kejadian ini dapat digolongkan
kedalam pos luar biasa (extraordinary item).Keuntungan yang timbul dari
kenaikan selisih kurs akibat dari devaluasi merupakan keuntungan atau
pendapatan yang timbul dari transaksi yang luar biasa.
B.
Biaya Bank
Secara
Umum“Beban atau biaya adalah pengorbanan yang terjadi dalam rangka memperoleh
pendapatan.”Biaya merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan
dalam rangka menciptakan atau memperoleh pendapatan. Maksud dari biaya disini
adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung telah dimanfaatkan untuk
menciptakan pendapatan dalam suatu periode tertentu. Biaya yang dikeluarkan tidak
memberikan manfaat ekonomis untuk kegiatan periode berikutnya.
Dalam Bank Biaya
diakui secara accrual basis, selalu diakui dan dibebankan kedalam perhitungan
laba-rugipada saatjatuh waktu tanpa tedebih dahulu menunggu pembayaran.
Pembayaran biaya dimuka harus dialokasikan kedalam rekening biaya secara
proporsional.
Biaya yang
terdapat dalam laporan laba-rugi bank terdiri dari biaya operasianal seperti
biaya bunga, biaya komisi, biaya overhead dan biaya non-operasional.
Biaya-biaya ini merupakan beban periode berjalan.
1) Biaya
Bunga
Jenis biaya yang
paling besar porsinya terhadap biaya bank keseluruhan adalah biaya bunga. Biaya
bunga terdiri dari biaya bunga dana yang dimiliki oleh bank. Biaya ini harus
diantisipasikan oleh bank pada penutupan tahun buku atau pada tanggal laporan.
Biaya bunga ini telah dibahas pada waktu mengupas akuntansi penanaman dana.
Biaya bunga pada dasarnya diakui secara accrual basis,kecuali pendapatan bunga
dalam aktiva produktif non-performing.
2) Biaya
Valuta Asing
Biaya dalam transaksi
valuta asing lazimnya muncul dari selisih kurs yang merugi. Dalam hal munculnya
kerugian selisih kurs baik dalam transaksi spot, tonvard, maupun swap akan
dibebankan kedalam laporan laba-rugi.
3) Biaya
overhead
Dalam operasi
bank sehari-harinya dipedukan biaya untuk mengolah transaksi. Biaya atau beban
ini berhubungan tangsung dengan periode terjadinya, oleh sebab itu harus
dicatat dan diakui-sebagai beban periode berjalan.Biaya yang dikeluarkan oleh
bank ini tidak memiliki manfaat untuk masa-masa mendatang.
Biaya overhead
yang ada di bank mempunyai beberapa ciri sebagai berikut:
a. Tidak
dapat diidentifikasiakn secara langsung dengan jasa dihasilkan, karena biaya
yang dikeluarkan untuk semua kegiatan bank.
b. Menjadi
beban atau biaya pada periode terjadinya. Tidak ada biaya overhead
untukbeberapa periode.
c. Biaya
overhead yang dikeluarkan tidak memberikan manfaat untuk masa yang akan
datang.Ada berbagai jenis biaya overhead yang harus terjadi dan diakui dalam
laporan laba –rugi bank.
Jenis-jenis
biaya tersebut
antara
lain biaya-biaya yang berkaitan dengan pegawai seperti gaji,
tunjangan-tunjangan, biaya penyusutan dari aktiva tetap, biaya operasional
kantor yang bukanbiaya pegawai atau penyusutan, dan jenis biaya-biaya lain yang
dikeluarkan atau berkaitan dengan periode pelaporan keuangan.
4) Biaya
Pegawai
Sebagai contoh,
apabila Bank Omega cabang Jakarta membayar gaji pegawai sebesar Rp. 200 juta
untuk periode bulan Desember 19XX, dan membayar tunjangankesehatan Rp. 50juta
secara tunai. oleh Bank Omega akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai
berikut.
D : Gaji Pegawai............................................
Rp. 200.000.000
D : Tunjangan
kesehatan.................................
Rp. 50.000.000
K : Kas......................................................... Rp. 250.000.000
5) Biaya
Kegiatan Kantor
Contoh lain
adalah biaya yang berkenaan dengan kegiatan kantor. Apabila Bank Omega Cabang
Jakarta mengeluarkan biaya pengurusan tamu sebesar Rp. 20 juta selama bulan
Desember 19XX, biaya listrik dan air sebesar Rp. 45 juta, biaya riset untuk
kegiatan marketing periode berjalan Rp. 43 juta, biaya alai tulis kantor Rp. 23
juta. Semua dibayarkan secara tunai.
D : Biaya
Entertainment.................................. Rp. 20.000.000
D : Biaya
listrik dan air................................... Rp. 45.000.000
D : Biaya
riset................................................ Rp. 43.000.000
D : Biaya alat
tulis kantor................................ Rp. 23.000.000
K :
Kas.......................................................... Rp. 131.000.000
6) Biaya
Penyusutan
Penyusutan
merupakan alokasi biaya yangdibebankan kedalam laporan laba-rugi menurut
kriteria atau berdasarkan waktu dengan beberapa pilihan atau metode penyusutan
sebagai berikut.
a. Metode
garis lurus, dimana besarnya penyusutan dilakukan dengan jumlah yangsama setiap
periode.
b. Metode
pembebanan yang menurun, yang terdiri dari :
1. Metode
Sum-of-the-year digits method, dimana besamya penyusutan akan menurun setiap
periodenya dibanding dengan periode sebelumnya.
2. Metode
Declining balance method, dimana besarnya penyusutan akan semakin kecil setiap
periodenya dan tarip yang dipergunakan adalah dua kali tarip semula.
7) Biaya
Non-Operasional
Selain
biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan utama bank, juga ada
biaya-biaya yang terjadi atau dikeluarkan tidak berkaitan dengan kegiatan utama
bank. Kerugian dari penjualan aktiva tetap merupakan salah sate contoh dari
biaya non-operasional.
Sebagai contoh
apabila Bank Omega cabang Jakarta menjual inventaris kantor secara lelang
karena sudah habis umur ekonomisnya dengan harga Rp. 400.000 secara tunai
dimana harga perolehannya sebesar Rp- 3.000.000 dan telah habis disusutkan.
Ayat jumal untuk mencatat transaksi ini adalah sebagai berikut:
D :Kas.................................................... Rp.
400.000
D : Akumulasi Penyusutan — Inventaris
Kantor
............................................. Rp.3.000.000
K : Inventaris Kantor................................
Rp. 3.000.000
K : Keuntungan
dari Penjualan Aktiva
Tetap..................................................Rp. 400.000
8) Pos Biaya
Luar Biasa
Biaya atau
kerugian yang timbul digolongkan sebagai pos luar biasa harus dipisahkan dan
hasil usaha sehari-hari danditunjukan secara terpisah dalam perhitungan
laba-trugi disertai pengungkapan atas sifat dan jumlahnya.
Seperti halnya
pendapatan luar biasa, biaya luar biasa kejadianya tidak normal atau tidak
berhubungan dengan kegiatan perusahaan, sehari-hari serta tidak sering terjadi
atau tidak terulang lagi dimasa yang akan datang.
Peristiwa
seperti gempa bumi danapabila merugikan bank dapat digolongkan sebagai kerugian
atau pos luar biasa. Tetapi apabila di satu negara, seperti Jepang misalnya,
peristiwa ini sangat sering terjadi. Dengan demikian kerugian akibat peristiwa
ini tidak bisa digolongkan sebagai peristiwa luar biasa.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendapatan
adalah penambahan jumlah aktiva sebagai hasil operasi perusahaan secara bruto,
pendapatan diperoleh karena adanya penyerahan atau penjualan barang atau jasa
atau aktiva lainnya dalam satu periode. Sedangkan biaya merupakan pengeluaran
yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam rangka menciptakan atau memperoleh
pendapatan. Maksud dari biaya disini adalah biaya yang secara langsung atau
tidak langsung telah dimanfaatkan untuk menciptakan pendapatan dalam suatu
periode tertentu. Biaya yang dikeluarkan tidak memberikan manfaat ekonomis
untuk kegiatan periode berikutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Lapoliwa,
N. 2000. Akuntansi Perbankan : Akuntansi
Transaksi Bank dalam Valuta Rupiah. Jakarta: Institut Bankir Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar